PSSI tidak mau dipojokkan soal sikap Libya yang memilih walk out (WO) pada partai final Piala Kemerdekaan ketika melawan Timnas senior pada 29 Agustus lalu. Sebagaimana berita sebelumnya, Libya memilih WO setelah terjadi insiden di lorong menuju ruang ganti pemain usai pertandingan babak pertama.
Gamal Adeen M. Abu Nowara, pelatih Libya, mengaku dipukul salah seorang ofisial Timnas. Akibatnya, kaca mata Gamal pun rusak. Karena pemukulan itulah, Libya enggan melanjutkan pertandingan meski berpeluang menjadi juara karena sudah unggul 1-0. Kabar yang beredar tersebut ternyata membuat PSSI gerah.
Karena itu, Nugraha Besoes, sekjen PSSI, memberikan beberapa penjelasan di kantor PSSI kemarin (2/9). Dia meminta agar menyampaikan berita dengan proporsional. ”Berita yang beredar saat ini berdasar katanya. Tidak ada yang melihat langsung. Karena itu, kami berharap agar jangan langsung menyimpulkan,” harapnya.
Dia menjelaskan telah melakukan penyelidikan sendiri untuk mencari fakta yang sebenarnya. Menurutnya, kesimpulan yang paling valid adalah adanya saksi yang melihat langsung hal itu. ”Kunci soal Piala Kemerdekaan adalah di pengawas pertandingan, kemudian wasit dan asisten wasit. Mereka akan memberikan laporan ke AFC (Federasi Sepak Bola Asia) mengenai apa yang terjadi yang tentunya berdasar apa yang dilihat,” jelasnya.
Nugraha tampaknya optimistis bahwa adanya hal itu tidak akan berpengaruh banyak tehadap nasib PSSI karena merasa para petugas pertandingan tidak melihat kejadian itu. Meski demikian, PSSI akan mencari data-data juga soal apa yang sesungguhnya terjadi.
”Kami sudah memanggil beberapa orang. Baik yang melihat maupun yang mengalami. Tapi, saya tidak mau menyebutkan namanya. Hasilnya sementara ini, tidak ada pemukulan. Kalau kemudian ada fakta kaca mata Gamal rusak mungkin saja terdorong atau mungkin sudah jelek,” beber Nugraha.
Nugraha lantas menjelaskan bakal mengumpulkan semua data yang ada termasuk sikap-sikap Gamal yang tidak menyenangkan selama mengikuti Piala Kemerdekaan. ”Gamal itu orangnya ngeselin seperti soal perminataan makanan. Masak dia meminta lima ayam panggang untuk satu orang. Kemudian, dia juga beberapa kali melontarkan kalimat ”fuck you” kepada ofisial Timnas,” urai Nugraha.
Dia menilai apabila itu dilaporkan ke AFC beserta saksi-saksi yang ada maka akan sangat berat konsekuensinya. ”Kalimat itu adalah yang paling tidak disukai,” tuturnya. Pernyataan Nugraha itu memperlihatkan bahwa PSSI tidak mau mengoreksi diri ke dalam soal mengapa ofisial tim bersikap emosional.
Mereka lebih memilih mempertahankan diri dan fokus mencari kesalahan Gamal. Itu terlihat ketika disinggung soal kemungkinan apabila ada memang terjadi aksi pemukulan yang dilakukan ofisial Timnas. ”Kami tidak mau berandai-andai soal itu,” jelasnya. (CP)
Posting Komentar