
Kompetisi Divisi Utama, yang minim perhatian sponsor serta ditambah menguapnya sejumlah dana APBD, membuat klub-klub makin kelabakan. Gaji telat pun rentan terjadi di sejumlah klub hingga bisa berimbas pada persaingan tak sehat di kompetisi level kedua di Indonesia itu.
Lihat saja pemain PSIM harus bersabar menunggu janji Wakil Wali Kota Yogyakarta, Hariyadi Soejoeti, untuk membayar gaji bulan Februari. Manajemen lepas tangan, seperti ditunjukkan Imam Priyono, manajer PSIM. Ia bahkan tak memahami perkembangan terakhir para pemainnya karena berada di luar kota.
“Saya tidak tahu gaji pemain sudah dibayar apa belum. Kebetulan saya tidak berada di Yogyakarta sehingga saya juga tidak mengetahui perkembangan terakhir,” ucap Imam.
Kepastian masih belum dibayarnya gaji pemain didapat dari sekretaris PSIM, Desi Arfianto, dan striker gaek Muhammad Eksan. “Hingga hari ini gaji pemain belum cair. Tapi, saya tidak memahami benar masalahnya sebab saya bukan orang pemkot,” kata Desi.
Para pemain Persis Solo juga bernasib sama. Sudah tiga bulan ini Nova Zaenal cs. belum menerima gaji plus dua bonus kemenangan. Manajemen Persis mengaku terus berupaya mencari dana talangan untuk melunasi tunggakan gaji tersebut yang jumlahnya mencapai sekitar Rp 500 juta.
Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada semangat tanding para pemain di lapangan. “Susah memang keadaannya seperti ini. Tapi, anak-anak harus bangkit. Toh, tak hanya Persis yang mengalami kesulitan keuangan seperti ini. Klub lain juga banyak yang mengalaminya, namun yang terpenting mereka tetap tampil semangat,” ujar Eduard Tjong, pelatih Persis.
Belum DiterimaNamun, soal gaji telat juga dialami pemain yang sudah dipecat. Mantan kiper Laskar Sakera, Ari Kurniawan, mengaku ia dan delapan rekannya, Widi Susanto, M. Irfan Junaedi, Nakhnu Dwi Cahyo, Febrian S., Andi Harahap, Budi Setiawan, Nurdiansyah, dan Panji Setyo, hanya diberi pesangon Rp 1 juta oleh manajemen Persekabpas, sementara sisanya hingga kini belum ia terima. “Besaran uang itu jauh dari gaji saya sebulan di Persekabpas,” tuturnya.
Padahal, berdasarkan surat perjanjian bernomor 101/PSKBP/XIV/2009 tertanggal 22 Januari yang ditandatangani asisten manajer Abubakar Assegaf, pengurus akan membayar gaji mereka selambat-lambatnya dua minggu atau 15 hari.
Alih-alih membayar, Abubakar justru marah. “Kalaupun ada uang, saya tak akan bayar mereka. Saya sudah janji kalau uangnya sudah cair bakal langsung saya bayar. Seharusnya mereka bisa pegang omongan saya. Saya tidak akan lari dari janji,” ungkapnya. (BN)
Posting Komentar