
Jam terbang tinggi saat masih menjadi pemain membuat
Jaya Hartono tak sulit menentukan pola yang tepat untuk menghadapi lawan-lawan di pentas sepakbola nasional. Tak hanya di klub, Jaya juga pernah menjadi tulang punggung timnas Indonesia pada beberapa even internasional di penghujung 1980-an.
Ya, nama Jaya Hartono memang sangat akrab pada era itu. Sebab, ia tak hanya menuai prestasi di kompetisi domestik, tapi juga internasional. Semifinalis Asian Games 1986 dan medali emas Sea Games 1987 berhasil dipersembahkan pelatih kelahiran Medan, 20 Oktober 1963 ini bagi bumi pertiwi.
Meski lahir di Medan, tapi sukses sebagai pelatih justru diraihya di tanah Jawa. Asisten pelatih Arema Malang adalah jabatan pertamanya setelah memutuskan menekuni profesi arsitek tim. Selanjutnya, Persik Kediri, tim yang pernah dibelanya pada musim 2000 jadi tempat Jaya untuk mempraktekkan ilmu kepelatihan.
Tak perlu menunggu terlalu lama, Jaya berhasil mengantarkan Persik jadi yang terbaik di bumi nusantara pada musim 2003 lalu. Tapi, kebersamaan dengan Persik harus berakhir. Pada musim 2006, Jaya memutuskan pindah ke Persiba Balikpapan.
Hanya satu musim merantau ke Kalimantan, Jaya kembali ke tanah Jawa. Delta Putra Sidoarjo adalah pelabuhan berikut. Bersama Deltras, Jaya merangkai asa untuk kembali jadi yang terbaik. "Saya tak mau meremehkan setiap lawan. Kerja keras dan semangat tinggi mutlak diperlukan untuk menggapai sukses," kata Jaya.
DATA DIRI
Tempat/tanggal lahir: Medan, 20 Oktober 1963
KARIR PEMAIN
1984-1989: Niac Mitra
1989-1991: Petrokimia Putra
1991-1993: BPD Jateng
1993-1996: Assyabab Salim Grup
1997: PKT Bontang
1998: Putra Samarinda
2000: Persik Kediri
KARIR PELATIH
2001: Asisten pelatih Arema Malang
2002-2005: Persik Kediri
2006: Persiba Balikpapan
2007: Deltras Sidoarjo
2008: Persib Bandung
Posting Komentar