
Kabar tak mengenakkan buat pasukan Persib Bandung setelah duel leg kedua babak 16 besar Piala Indonesia menghadapi Sriwijaya FC (SFC) bakal diundur Badan Liga Indonesia (BLI) hingga 27 April nanti.
Pelatih Jaya Hartono tetap ngotot dan berharap BLI tetap sesuai komitmen awal, yakni menggelar pertandingan pada 12 April nanti. ’’Sekalipun pertandingan tersebut harus digelar di luar Bandung atau Jawa Barat,kami siap,”tandas Jaya seusai memimpin sesi latihan perdana pascalibur sepekan di Stadion Persib kemarin sore.
Jaya menyatakan, jika BLI memutuskan 27 April sebagai tanggal pelaksanaan leg kedua,Laskar Wong Kito dinilai berada di posisi menguntungkan.’’Apa yang dialami SFC sama seperti yang kami alami ketika menjalani leg pertama. Saat itu kami harus memainkan lima pertandingan hanya dalam 18 hari. Sekarang mengapa BLI mau memberi toleransi?”ucap Jaya.
Tanggal pelaksanaan duel leg kedua Persib versusSFC bisa diibaratkan sebagai lahan sengketa kedua tim.Sebab,Persib ataupun SFC sama-sama menyimpan harapan berbeda.Jika Maung Bandung ngotot supaya duel tetap dihelat 12 April,Laskar Wong Kito sangat berharap BLI mengundurkan duel ini karena pada 10 April mereka harus bertarung di LCA menghadapi Gamba Osaka.
Apalagi, kini Persib membidik Piala Indonesia sebagai ajang untuk menggapai prestasi tinggi setelah merasa harus mengibarkan bendera putih akibat mulai ketinggalan jauh dari Persipura Jayapura. Hal itu dirasakan bek tangguh Persib Nova Arianto. ’’Jumlah pertandingan yang mesti kami dijalani memang lebih banyak dan sebenarnya masih bisa dimaksimalkan untuk mengejar ketertinggalan,” ucap Lava,panggilannya.
’’Tapi dengan kondisi seperti yang terjadi sekarang,saya pribadi merasa langkah Persipura yang sepertinya melenggang sendirian menimbulkan rasa pesimistis dan saya kira hal itu pun dirasakan timtim lain,”tandas Jaya. Sementara itu, karena hampir dari musim ke musim selalu bermasalah, Ketua Umum PSSI Nurdin Halid meminta Badan Liga Indonesia (BLI) jauh lebih cermat dalam mengatur jadwal kompetisi.
“Saya harapkan BLI bisa segera membuat sebuah program jadwal kompetisi yang benar-benar layak diterapkan jauh hari sebelum musim kompetisi dimulai,” kata Nurdin di sela acara sosialisasi statuta PSSI di Gedung Pengda PSSI Jabar, Selasa (24/3) malam. Jadwal kompetisi bisa dikatakan merupakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan PSSI kepada BLI sebagai organisasi di bawahnya.
Meski begitu,Nurdin tampaknya enggan menilai organisasi di bawah kendali Andi Darussalam itu kerap bekerja tak mak-simal. Permasalahan jadwal musim ini, di mata Nurdin, tetap bisa ditoleransi. Sebab, sejauh ini penyusunan jadwal yang dibuat BLI tak melenceng dari rancangan awal. Sebenarnya BLI mengingkari janjinya mengakhiri kompetisi pada Mei sebelum akhirnya dimundurkan menjadi 13 Juni.
“Saya kira tidak mundur,sesuai dan masih di wilayah program yang dibuat. Kalau misalnya kompetisi diputuskan berakhir setelah 13 Juni, itu baru bisa dikatakan mundur,” sebut Nurdin. Nurdin mengaku cukup memahami apa yang dirasakan klub-klub yang untuk sementara mengurungkan niatnya bertanding akibat terbentur masalah perizinan dari pihak keamanan.
Terlepas dari semua itu, persoalan kompetisi dan segala tetek bengek menyangkut nasib sepak bola negeri ini. PSSI tetap dinilai sebagai biang dari segala persoalan yang terjadi.Tak mengherankan jika kedatangan Nurdin di Kota Kembang langsung disambut aksi demo dari belasan Bobotoh.
Lewat spanduk yang dibawanya, para pendemo menilai PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin penuh dengan skandal seperti korupsi dan memerlukan pembenahan secara organisasi.“Wajar, itu bentuk aspirasi,” tandas Nurdin menanggapi aksi demo dari para Bobotohtersebut. (SND)
Posting Komentar