
Agenda sentralisasi yang digelar Jumat (17/4) sampai Rabu (6/5) dinilai mencekik klub. Mereka wajib menyediakan dana ekstra minimal 100% dari total biaya menurut tata waktu tertentu.
Klub masih mengeluh meski venue sentralisasi sudah diputuskan di Stadion Kanjuruhan (Malang), Stadion Brawijaya (Kediri), serta Stadion Surajaya (Lamongan). Bukan hanya terancam minus dukungan suporter, dapur mereka terancam berhenti mengepul.
Biaya klub membengkak, tapi tidak diikuti ketersediaan finansial. Direktur Utama PT Persija Jaya Benny Erwin mengungkapkan klubnya saat ini butuh dana minimal Rp4 miliar. ”Rencana tersebut bisa saja berubah, kan finalisasi keputusan baru Jumat (10/4).Kami juga belum mendapat konfirmasi resmi dari BLI.
Status semua pertandingan away. Otomatis kami harus menyediakan tambahan biaya 100%, belum lagi beban lainnya.Kondisi klub terjepit karena bulan ini kami harus cari dana lebih dari Rp4 miliar.Dana itu untuk sentralisasi dan internal pemain,”ujarnya kemarin. Benny menambahkan, pertandingan tandang Persija diperkirakan menghabiskan dana Rp100 juta per empat hari.
Macan Kemayoranminimal butuh dana Rp500 juta asumsinya durasi sentralisasi 20 hari.’’Kami belum memutuskan sesuatu terkait sentralisasi. Kalau pulang, harus bayar tiket pesawat. Bila menetap, harus bayar hotel dan lainnya.Kami benar-benar pusing, apalagi tanggungan gaji pemain mencapai Rp3,5 miliar,” ungkapnya.
Macan Kemayoran sendiri terpaksa menunggak gaji pemainnya selama tiga bulan. Dana APBD 2009 sebesar Rp21 miliar yang dijanjikan pemerintah tidak kunjung cair.Belum lagi klub tanpa garansi angka karena status home sama saja away. Persija berada di urutan 4 klasemen dengan nilai 42 dari 21 pertandingan.Mereka terpaut 16 angka dari pimpinan klasemen Persipura Jayapura, meski sudah bermain 26 kali.
”Kami tidak sanggup memikul beban ini. Kalau saya pemilik Persija, saya memilih mundur. Klub tidak ada dana. Gaji pemain belum beres.Persija ada jaminan hometiga kali,artinya ada pemasukan dari tiket.Tapi,rencana itu berubah.Belum lagi jaminan angka tidak ada, artinya peluang juara mengecil,” ujarnya,mengeluh.
Beban serupa juga dirasakan Persitara Jakarta Utara. Klub berjuluk Laskar Si Ptung itu harus mencari dana ekstra Rp150 juta sampai Rp200 juta untuk mengikuti sentralisasi. Belum lagi mereka harus membayar tunggakan gaji pemain dua bulan. ”Biaya klub naik 100% kalau dibanding bertahan di Jakarta.Kalau di sini maksimal habis Rp75 juta karena tidak ke mana-mana.
Kami hanya bayar katering. Kalau sentralisasi, kami harus cari penginapan sendiri,” kata Ketua Harian Persitara Hari Ruswanto. Namun, Laskar Si Ptung punya cara tersendiri untuk memangkas biaya. Hari mengaku, Persitara akan menyewa dua rumah di Sidoarjo atau menginap di mes AL Surabaya.
”Kami masih mempertimbangkan. Kalau menetap di Sidoarjo, aksesnya mudah kalau mau ke mana-mana. Kami cari dua rumah dengan lima kamar. Cara itu cukup efektif untuk menekan biaya. Kalau tempat latihan,sedang dicarikan lapangan di beberapa desa,” tandasnya. (SND)
Posting Komentar